Islam, Studi Islam, Pentingnya Studi Islam dan Asal-Usul Studi Islam di Dunia Islam




PENDAHULUAN
A.  Islam dan Studi Agama
Islam adalah
agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah SWT kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari kehidupan manusia berupa Al-Quran dan Hadis, serta merupakan bagian pilar penting kajian Islam sekaligus pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada Allah SWT, baik yang bersifat teologis maupun humanisasi.[1]
Islam juga memiliki definisi lainnya. Islam adalah kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan yang berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima. Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat. Dari akar kata itu terbentuk kata-kata salm dan silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti dari perkataan Islam adalah: kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan, ketaatan dan kepatuhan.[2]
Berpijak pada arti tersebut, maka kajian Islam mengarah kepada 3 hal, yaitu:
1.    Islam yang mengarah pada ketundukan atau berserah diri kepada Allah SWT satu-satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa pada timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.
2.    Islam dapat dimaknai suatu pengarahan kepada keselamatan dunia dan akhirat, karena ajaran Islam pada hakikatnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
3.    Islam bermuara pada kedamaian. Manusia merupakan salah satu unsur yang hidup dan diciptakan dari sumber yakni melalui seorang ayah dan ibu sehingga manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang lain, makhluk yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya.
Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.[3] Pendidikan merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan ini yang sekaligus membedakan eksistensi dengan hewan. Tanpa pendidikan, maka manusia sekarang ini  tidak akan berbeda dengan keadaan pendahulunya pada era purbakala. Sedangkan pendidikan islam berusaha mengantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh, serta melahirkan manusia-manusia yang bermutu dan dapat merasakan ketenangan hidup jika dibandingkan dengan kehidupan para pendahulunya. Pendidikan islam (dirasah islamiyah) secara harfiah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman dan sebagai pranata sosial, juga sangat terikat dengan pandangan islam tentang hakekat keberadaan (eksistensi) manusia. Oleh karena itu, pendidikan islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah SWT, serta  yang membedakan hal tersebut ialah kadar ketakwaan sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif. [4]
Studi Islam diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT. [5]
Studi Islam mempunyai kedudukan paling tinggi dan paling utama, karena pendidikan ini menjamin untuk memperbaiki akhlak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.[6]
Studi Islam tidak hanya didasarkan atas hasil pemikiran manusia dalam menuju kemaslahatan umum, tetapi juga pembentukan manusia sesuai dengan kodratnya yang mencakup dimensi imanensi (horizontal) dan dimensi transendensi (vertikal) berupa hubungan dan pertanggung jawabannya kepada Yang Maha Pencipta. Salah satu kunci pokok keislaman adalah ajaran tauhid yang menunjukkan bahwa tidak ada perhambaan/penyembahan kecuali kepada Allah SWT.[7]
B.  Pentingnya Studi Islam
Dalam studi islam, kajian yang dilakukan oleh umat berbeda dengan kajian yang dilakukan oleh kalangan non muslim. Bagi umat islam, mempelajari islam mungkin untuk memantapkan iman dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus ilmiah bahkan mencari kelemahan umat islam. Dengan demikian pemahaman, pendalaman serta pembahasan terhadap ajaran-ajaran Islam supaya dapat dilaksanakan dan diamalkan dengan benar oleh umat Islam, serta menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kerangka pendalaman secara spesifik diantaranya:

1.    Pengkajian dan pendalaman terhadap esensi agama dan hubungannya dengan agama lain.
Islam diturunkan oleh Allah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan agama-agama agar pemeluknya selamat di dunia dan akhirat. Agama-agama yang mengalami penyimpangan diarahkan menjadi agama yang monotheistik. Pengkajian dan pendalaman terhadap pokok-pokok ajaran islam. Sebagai agama fitrah, pokok-pokok ajaran islam perlu ditransformasikan dalam berbagai dimensi sehingga mampu berkembang dengan baik dan berinteraksi dengan lingkungan budaya yang dinamis. Pengkajian dan pendalaman terhadap sumber-sumber ajaran islam, yakni Al-Qur’an dan Hadits menjadi landasan dalam berpikir dan berkiprah. Sebagai landasan, Al-Qur’an dan hadits perlu dipahami secara kontekstual, sehingga umat islam dapat menyelesaikan masalah kehidupan manusia dan mampu menjawab tantangan zaman.[8]
Islam adalah agama yang mempunyai misi rahmatan lil’alamiin, memiliki prinsip dan nilai yang universal. Beberapa prinsip yang terkandung dalam tujuan studi islam, diantaranya: [9]
a.    Universal
Pendidikan islam berdasar pada prinsip ini bertujuan untuk membuka, mengembangkan, dan mendidik segala aspek pribadi manusia dan dayanya sekaligus mengembangkan segala segi kehidupan dalam masyarakat, serta ikut menyelesaikan masalah sosial dan memelihara sejarah dan kebudayaan.
b.    Keseimbangan dan Kesederhanaan
Pendidikan islam dalam prinsip ini berarti mewujudkan keseimbangan antara aspek-aspek pertumbuhan anak dan kebutuhan-kebutuhan individu, baik masa kini maupun akan datang, secara sederhana yang berapiliasi denagn semangat fitrah yang sehat.
c.    Kejelasan
Kejelasan tujuan memberi makna dan kekuatan terhadap pengajaran sehingga memberi jawaban yang jelas dan tegas pada jiwa, akal dalam memecahkan masalah, tantangan dan krisis dan menghalangi terjadinya perselisihan dalam persepsi dan interpretasi.
d.   Tak Ada Pertentangan
Pendidikan sebagai sebuah proses yang bersistem, maka hendaknya potensi-potensi pertentangan yang mungkin terjadi di dalamnya harus dihilangkan sedemikian rupa, termasuk salah satu di antaranya adalah dalam pengembangan tujuan pendidikan Islam.
e.    Realisme dan Realisasi
Studi islam dalam prinsip ini berusaha mencapai tujuan melalui metode yang praktis dan realistis. Sesuai dengan fitrah. Terealisasi sesuai dengan kondisi dan kesanggupan individu sehingga dapat dilaksanakan pada setiap waktu dan tempat secara ideal.
f.     Perubahan yang Diinginkan
Yaitu prinsip perubahan jasmaniah, spritual, intelektual, sosial, psikologis dan nilai-nilai menuju ke arah kesempurnaan.
g.    Menjaga Perbedaan antar Individu
h.    Prinsip dinamisme
Pendidikan islam selalu memperbarui dan berkembang, memberi respon terhadap perkembangan individu, sosial dan masyarakat, bahkan inovasi-inovasi dari bangsa lain di dunia.

2.    Menjadikan Ajaran-Ajaran Islam Sebagai Wacana Ilmiah
Pentingnya studi islam adalah untuk menjadikan ajaran-ajaran islam sebagai wacana ilmiah secara transparan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dengan kerangka ini, dimensi-dimensi islam tidak hanya sekedar dogmatis teologis tetapi terdapat aspek empirik sosiologis. Studi keislaman yang mengarah pada rasionalisasi dan adaptif adalah konstruksi terhadap studi islam yang lebih cenderung bersifat subjektif, apologis, doktriner, dan menutup diri. Kehidupan keagamaan dan sosial budaya umat islam yang terkesan stagnasi dan ketinggalan zaman perlu direformulasi. Dengan menampilkan kajian yang objektif dan ilmiah, fenomena islam diasumsikan negatif dan kemudian tertepis. Lebih spesifik lagi, ajaran islam yang diklaim zaman tidak sebagaimana diasumsikan para orientalis yang berasumsi bahwa islam adalah ajaran yang menghendaki ketidakmajuan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.[10]

C.  Asal Usul dan Pertumbuhan Studi Islam di Dunia Islam
Dalam sejarah awal perkembangan islam, pendidikan islam sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Muhammad Saw. Adalah merupakan upaya pembebasan manusia dari belenggu aqidah yang sesat yang telah dianut oleh kelompok quraisy  dan upaya pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan suatu kelompok terhadap kelompok lain yang dipandang rendah status sosialnya. Metode yang digunakan oleh Nabi mula-mula adalah personal-individual kemudian meluas ke arah pendekatan keluarga yang pada gilirannya meluas kearah pendekatan sosiologis (masyarakat).
1.    Masa Rasulullah SAW di Makkah
Masa ini berlangsung sejak diangkatnya beliau menjadi Rasul sampai beliau hijrah ke Madinah dalam usia 53 tahun atau 17 Ramadhan/6 Agustus sampai dengan 1 Rabiul Awal/16 Juli 622 atau kurang lebih 12 setengah tahun. Pada masa ini merupakan pembangunan fondasi bagi kekuatan islam yaitu keimanan dan akhlak.

2.    Masa Rasulullah SAW di Madinah
Masa ini dimulai semenjak hijrah beliau dari kota Mekkah ke Madinah sampai dengan wafat beliau tanggal 13 Rabiul awal 11 H/8 Juni 632 atau berjalan kurang lebih 19 tahun. Pada masa ini terdapat pembinaan masyarakat dalam praktik ibadah, banyak diturunkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum-hukum amaliah, ibadah, perdata, pidana dan lain sebagainya. Dalam periode ini pendidikan islam menyertakan peranan sanksi-sanksi hukuman dan ganjaran terhadap individu dan masyarakat atas tanggung jawabnya dalam mempraktekkan ajaran islam.
3.    Masa sesudah Rasulullah SAW
Pembinaan dan pengembangan hukum islam dilakukan oleh para sahabat beliau. Pada masa ini daerah islam semakin luas serta timbul masalah-masalah baru sehingga para sahabat merasa berkewajiban memberikan penjelasan dan penafsiran terhadap nash-nash hukum yang belum jelas dan memberikan fatwa atas masalah-masalah hukum yang timbul dikalangan mereka tersebut. Tugas memberikan fatwa kepada masyarakat setelah para sahabat dilanjutkan oleh para Tabi’in
4.    Periode Ulama Mujtahid dan Kemajuan Fikih
Kemajuan ilmu fikih dimulai pada abad ke-2 H, disamping berijtihad, para ulama’ juga giat melakukan penyusunan/pembukuan ilmu fikih.[11]
5.    Periode Taklid
Periode ini dimulai sekitar abad VII H sampai dengan abad XIII H. Pada abad ini para ulama umumnya tidak lagi merlakukan ijtihad, mereka hanya membeda-bedakan mana dalil yang kuat dan mana dalil yang lemah sehingga bisa dikatakan ulama pada masa ini dalam keadaan statis.
Pada masa ini, yaitu setelah jatuhnya Bagdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat.
6.    Periode Kebangkitan Umat Islam
Setelah umat islam menyadari akan kemundurannya dan kelemahan-kelemahnnya, maka dunia islam muncul kembali denagn ide-ide gerakan pembaharuan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, militer dan sebagainya, hal ini juga banyak pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu fikih. Misalnya Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim kemudian dilanjutkan oleh para ulama lainnya.[12]



DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
­Arief, Armai 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Sitorus, Masganti. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Islam. Medan: IAIN Pers.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Tafsir, Ahmad. 1990. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sewu, Cemoro. 2012. Islam & Studi Agama. https://duniacemoro.wordpress.com/2012/10/05/islam-studi-agama/ (Diakses pada tanggal 07 Maret 2017 pada pukul 15.04 WIB).


       [1] Cemoro Sewu, Islam & Studi Agama diakses dari duniacemoro.wordpress.com,  pada tanggal 07 Maret pukul 15.04 WIB.
     [2] Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers,1998), Hal. 49.
       [3] Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), Hal. 6.
       [4] Cemoro Sewu, Loc.Cit.
       [5] Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,2002), Hal. 4.
       [6] Masganti Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam (Medan: IAIN Pers,2011), Hal. 6.
       [7] Cemoro Sewu, Loc.Cit.
       [8] Ibid.
       [9] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hal. 17.
       [10] Cemoro Sewu, Loc.Cit.
       [11] Ibid.
       [12] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Hal. 13.

Comments